Charles Curtis: Wakil Presiden Kulit Berwarna Pertama dan Warisannya yang Kompleks
Kehidupan Awal dan Kebangkitan Politik
Charles Curtis, lahir pada tahun 1860, adalah anggota Bangsa Kaw dan menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat keturunan asli Amerika pertama, menjabat di bawah Presiden Herbert Hoover dari tahun 1929 hingga 1933. Meskipun terdapat prasangka yang tersebar luas terhadap penduduk asli Amerika pada saat itu, keterampilan politik dan karisma Curtis memungkinkannya untuk menavigasi sistem.
Kebijakan Asimilasi dan Warisan Penduduk Asli Amerika
Sebagai senator dan anggota kongres, Curtis mengadvokasi kebijakan yang saat ini dipandang oleh banyak penduduk asli Amerika sebagai merugikan negara mereka. Ia mendukung Undang-Undang Dawes, yang membagi tanah suku menjadi bidang individu, yang menyebabkan hilangnya tanah. Ia juga menyusun Undang-Undang Curtis, yang memperluas ketentuan-ketentuan ini ke “Lima Suku Beradab” di Oklahoma, membuka jalan bagi kenegaraan Oklahoma.
Curtis juga mendukung sekolah berasrama penduduk asli Amerika, di mana anak-anak diambil dari keluarga mereka dan ditolak bahasa dan budaya mereka. Kebijakan ini berkontribusi pada penurunan populasi penduduk asli Amerika.
Meskipun pandangan asimilasi Curtis tidak unik di kalangan penduduk asli Amerika pada saat itu, sebagian pihak menentang pembagian tanah dan kebijakan federal lainnya. Mereka percaya bahwa suku harus mempertahankan kedaulatan dan tradisi mereka.
Kepemimpinan Wakil Presiden dan Hubungan yang Kontroversial
Terlepas dari warisan kontroversialnya mengenai isu-isu penduduk asli Amerika, ketajaman politik Curtis membawanya ke posisi Wakil Presiden pada tahun 1928. Namun, hubungannya dengan Hoover menjadi tegang karena penolakannya sebelumnya terhadap pengangkatan Hoover ke kabinet.
Hoover menjaga jarak Curtis dari keputusan kebijakan, menurunkannya ke peran seremonial. Satu-satunya kontribusi signifikan Curtis adalah perselisihan mengenai protokol sosial yang melibatkan saudara perempuannya dan putri Theodore Roosevelt.
Identitas Pribadi dan Kebanggaan Budaya
Terlepas dari politik asimilasinya, Curtis mempertahankan warisan Kaw-nya. Ia memasukkan unsur-unsur penduduk asli Amerika ke dalam jabatan Wakil Presiden dan menghormati akarnya pada pelantikannya. Namun, banyak penduduk asli Amerika mengkritik kebijakannya, yang mereka rasa telah mengkhianati komunitas mereka.
Kehidupan Selanjutnya dan Warisan
Setelah kalah dalam pemilihan tahun 1932, Curtis tetap berada di Washington sebagai pengacara. Warisannya sangat kompleks, ditandai oleh pencapaian politik dan konsekuensi dari kebijakan asimilasinya.
Kisah Curtis menyoroti tantangan yang dihadapi penduduk asli Amerika dalam masyarakat yang meminggirkan dan berupaya mengasimilasi mereka. Kisah ini juga menimbulkan pertanyaan tentang peran ras dan identitas dalam politik dan perjuangan berkelanjutan untuk kedaulatan penduduk asli Amerika.