Hari Santo Lusia: Perayaan Cahaya dan Iman
Pelindung Orang Buta dan Mereka yang Lahir di Bulan Desember
Santa Lusia, yang juga dikenal sebagai Santa Lucia, secara luas dihormati sebagai santo pelindung orang buta. Akan tetapi, ia juga dapat dianggap sebagai santo pelindung mereka yang lahir di bulan Desember. Seperti yang diketahui setiap Sagitarius, perayaan ulang tahun mereka sering kali dapat dibayangi oleh perayaan seputar Natal. Namun, Lusia, seorang penganut Kristen yang saleh, mungkin tidak keberatan dengan tumpang tindih ini, karena hari rayanya, 13 Desember, sering kali menyatu dengan musim Natal yang lebih luas.
Hari Raya yang Berakar pada Tradisi
Terlepas dari kedekatannya dengan acara hari raya utama, Hari Santo Lusia berdiri sendiri sebagai perayaan yang signifikan. Perayaan ini menawarkan semua ciri khas hari raya yang dicintai: tradisi kuliner yang unik, simbolisme yang kuat, dan kisah latar yang memikat.
Kisah Santo Lusia
Lusia hidup pada abad ke-4 di Siracusa, Sisilia, di bawah pemerintahan Kaisar Romawi Diocletianus. Sebagai seorang wanita muda, ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani Kristus daripada menikah. Keputusan ini membuat tunangannya marah, yang kemudian melaporkannya sebagai seorang Kristen kepada gubernur. Lusia bị tra tấn và akhirnya menemui ajal yang tragis.
Menurut legenda, Lusia tự móc mắt mình và đưa chúng cho tunangannya, melambangkan imannya yang teguh kepada Tuhan. Ia sering digambarkan sedang memegang sepasang mata di atas nampan, sebuah pengingat akan pengorbanannya.
Perayaan Hari Santo Lusia
Hari Santo Lusia dirayakan terutama di Italia dan Skandinavia, dengan setiap wilayah menekankan aspek yang berbeda dari kisah tersebut.
Tradisi Skandinavia
Di Swedia dan negara-negara Skandinavia lainnya, tempat sinar matahari langka selama bulan-bulan musim dingin, kebiasaan Hari Santo Lusia berpusat di sekitar tema terang dan gelap. Nama Lusia sendiri berarti “cahaya”. Pada hari ini, gadis-gadis muda mengenakan mahkota lilin dan membangunkan keluarga mereka, membawa Lussekatter, roti berbumbu kunyit khusus yang dihiasi kismis atau anggur kering. Warna keemasan roti melambangkan terang yang menang atas kegelapan selama titik balik matahari musim dingin, yang bertepatan dengan tanggal 13 Desember menurut kalender Julian.
Tradisi Sisilia
Di Sisilia, fokus perayaan Hari Santo Lusia adalah pada aspek lain dari legenda: berakhirnya bencana kelaparan yang terjadi pada hari rayanya ketika kapal-kapal yang membawa gandum tiba di pelabuhan. Untuk memperingati peristiwa ini, masyarakat Sisilia secara tradisional mengonsumsi biji-bijian utuh sebagai ganti roti pada tanggal 13 Desember. Kebiasaan ini sering kali berbentuk cuccia, hidangan yang terbuat dari biji gandum rebus yang dicampur dengan ricotta dan madu, atau terkadang disajikan sebagai sup gurih dengan kacang.
Hidangan Lezat Khas Hari Santo Lusia
Lussekatter: Roti manis beragi ini adalah makanan pokok perayaan Hari Santo Lusia di Skandinavia. Diberi bumbu kunyit dan dihiasi kismis atau anggur kering, warna keemasannya melambangkan terang yang mengatasi kegelapan musim dingin.
Cuccia: Hidangan Sisilia ini, yang terbuat dari biji gandum rebus, melambangkan berakhirnya bencana kelaparan yang terjadi pada hari raya Santo Lusia. Cuccia dapat dicampur dengan ricotta dan madu untuk dijadikan makanan manis atau disajikan sebagai sup gurih dengan kacang.
Santo Pelindung untuk Semua Orang
Iman Lusia yang teguh dan tradisi seputar hari rayanya terus menginspirasi orang-orang di seluruh dunia. Apakah Anda merayakannya sebagai santo pelindung orang buta, mereka yang lahir di bulan Desember, atau sekadar simbol terang dan harapan selama hari-hari tergelap di musim dingin, Hari Santo Lusia tetap menjadi hari raya yang dihargai yang penuh dengan simbolisme yang bermakna dan tradisi kuliner yang lezat.