Mary Thomas: Simbol Perlawanan Terhadap Penindasan Kolonial
Kehidupan Awal dan Konteks Kolonial
Mary Thomas lahir di masa pergolakan dan penindasan hebat. Penguasaan kolonial Denmark atas kepulauan Karibia, termasuk St. Croix, menciptakan kondisi kerja yang keras dan sistem ketidaksetaraan rasial. Perbudakan telah dihapuskan pada tahun 1848, tetapi para pekerja tetap terikat pada kontrak tahunan yang memaksa mereka bekerja di luar keinginan mereka. Upah yang rendah dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para manajer perkebunan memicu rasa frustrasi dan kebencian.
Pemberontakan Fireburn
Pada bulan Oktober 1878, ketegangan memuncak dalam Pemberontakan Fireburn. Dipimpin oleh Mary Thomas, Axeline Elizabeth Salomon, dan Mathilda McBean, para pekerja membakar perkebunan dan memprotes kondisi yang menindas. Thomas, yang dikenal sebagai “Kapten” atau “Ratu Mary” bagi para pengikutnya, memainkan peran penting dalam pemberontakan tersebut.
Warisan dan Monumen
Meskipun pemberontakan ditumpas oleh otoritas Denmark, warisan Mary Thomas sebagai simbol perlawanan tetap hidup. Pada tahun 2018, 140 tahun setelah Pemberontakan Fireburn, Denmark mendirikan patung menjulang untuk menghormatinya di Kopenhagen. Patung berjudul “Saya Ratu Mary” tersebut menggambarkan Thomas duduk tegak di kursi rotan, dengan obor di satu tangan dan pisau untuk memotong tebu di tangan lainnya.
Signifikansi Sejarah
Patung tersebut merupakan pengingat kuat akan masa lalu kolonial Denmark dan perjuangan untuk kebebasan dan kesetaraan yang dihadapi oleh perempuan kulit hitam. Patung tersebut berdiri sebagai jembatan antara Denmark dan bekas koloninya, mendorong warga Denmark untuk merenungkan sejarah mereka dengan lebih jujur. Patung tersebut menentang narasi bahwa Denmark adalah kekuatan kolonial yang baik hati dan menyoroti penindasan sistemik yang terjadi selama masa itu.
Simbol Ketahanan
Patung Mary Thomas mewujudkan ketahanan dan tekad mereka yang berjuang melawan penindasan. Patung tersebut berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya memperjuangkan hak-hak seseorang dan menentang ketidakadilan. Patung itu telah menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia.
Konteks dan Penindasan Kolonial
Pemerintahan kolonial Denmark di Karibia ditandai dengan eksploitasi dan ketidaksetaraan. Populasi budak dipaksa bekerja dalam kondisi yang keras di perkebunan gula, dan setelah perbudakan dihapuskan, para pekerja tetap terikat pada kontrak yang menindas. Sistem penindasan rasial dan ekonomi ini menciptakan kebencian yang mendalam dan membuka jalan bagi Pemberontakan Fireburn.
Peran Thomas dalam Pemberontakan
Mary Thomas muncul sebagai pemimpin kunci Pemberontakan Fireburn. Karisma dan tekadnya menginspirasi para pengikutnya, dan dia memainkan peran aktif dalam protes dan pembakaran. Tindakan Thomas menantang norma-norma patriarki dan rasis pada masa itu dan menunjukkan kekuatan perempuan dalam perjuangan mencapai keadilan.
Warisan Pemberontakan
Pemberontakan Fireburn adalah momen penting dalam sejarah St. Croix dan kekuasaan kolonial Denmark. Pemberontakan tersebut mengungkap kenyataan pahit penindasan dan memaksa Denmark untuk menghadapi perannya di Karibia. Pemberontakan tersebut meninggalkan warisan perlawanan yang abadi dan menginspirasi generasi mendatang untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Patung sebagai Simbol Rekonsiliasi
Patung Mary Thomas merupakan simbol rekonsiliasi yang kuat antara Denmark dan bekas koloninya. Patung tersebut mengakui penderitaan dan ketidakadilan di masa lalu dan membuka dialog tentang perlunya kebenaran dan penyembuhan. Patung tersebut mendorong warga Denmark untuk merenungkan sejarah mereka dan bekerja menuju masyarakat yang lebih adil dan setara.
Kesimpulan
Patung Mary Thomas berdiri sebagai bukti kekuatan perlawanan dan pentingnya menentang penindasan. Patung tersebut merupakan pengingat akan perjuangan yang dihadapi oleh perempuan kulit hitam dalam sejarah dan merupakan simbol harapan dan inspirasi bagi semua orang yang mencari keadilan dan kesetaraan.