Menemukan Kembali Film Bisu yang Hilang: Festival Film “Mostly Lost”
Perpustakaan Kongres mengundang masyarakat untuk membantu mengidentifikasi film bisu yang tidak banyak diketahui pada festival film tahunan “Mostly Lost”. Acara unik ini mempertemukan penggemar film, akademisi, dan masyarakat umum untuk membantu menyusun kembali sejarah perfilman.
Era Film Bisu: Harta Karun yang Terlupakan
Era film bisu, yang berlangsung dari akhir abad ke-19 hingga akhir tahun 1920-an, merupakan periode inovatif dalam sejarah pembuatan film. Terlepas dari signifikansinya, banyak film bisu yang hilang atau terlupakan. Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Kongres, hanya 14% dari 10.919 film bisu yang dirilis oleh studio-studio besar antara tahun 1912 dan 1929 masih ada dalam format aslinya.
Pentingnya Film Bisu
Film bisu memainkan peran penting dalam perkembangan perfilman. Film bisu bukan sekadar bentuk pembuatan film primitif yang menunggu teknologi yang lebih baik, melainkan sebuah bentuk seni yang unik dan ekspresif dengan teknik bercerita yang khas. Seperti yang dicatat oleh David Pierce, pendiri Perpustakaan Sejarah Digital Media, “Sinema bisu adalah bentuk bercerita alternatif, dengan pencapaian artistik yang setara atau lebih besar dari film bersuara yang muncul setelahnya.”
Festival Film “Mostly Lost”
Festival Film “Mostly Lost” menyediakan sebuah platform untuk mengidentifikasi dan melestarikan film bisu yang hilang. Festival ini memutar sejumlah klip film yang belum teridentifikasi, dan hadirin didorong untuk berbagi pengetahuan dan keahlian mereka untuk membantu mengidentifikasi film-film tersebut. Selama lima tahun terakhir, festival ini telah berhasil mengidentifikasi setengah dari film yang ditayangkan pada acara pertamanya.
Crowdsourcing: Alat yang Ampuh untuk Pelestarian Film
Festival Film “Mostly Lost” adalah sebuah contoh utama bagaimana crowdsourcing dapat digunakan untuk memajukan pelestarian film. Dengan menyatukan sekelompok orang yang beragam dengan minat yang sama pada film bisu, festival ini memanfaatkan pengetahuan dan keahlian kolektif dari banyak orang untuk memecahkan masalah yang kompleks.
Tantangan Pelestarian Film Bisu
Melestarikan film bisu merupakan tugas yang menantang. Film nitrat, media utama yang digunakan untuk film bisu, sangat mudah menguap dan rentan terhadap kerusakan. Selain itu, banyak film bisu tidak dikatalogkan atau diberi label dengan benar, sehingga sulit untuk diidentifikasi dan ditemukan.
Masa Depan Pelestarian Film Bisu
Meskipun ada tantangan, ada gerakan yang berkembang untuk melestarikan dan merestorasi film bisu. Perpustakaan Kongres dan lembaga-lembaga lainnya berupaya mendigitalkan dan merestorasi film bisu, sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, organisasi seperti National Film Preservation Foundation berupaya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian film bisu.
Tokoh Penting Film Bisu
Era film bisu adalah rumah bagi sejumlah tokoh penting, termasuk juru kamera wanita perintis dan kepala studio Angela Murray Gibson. Gibson adalah salah satu wanita pertama yang bekerja di balik kamera, dan ia menyutradarai serta memproduksi sejumlah film bisu yang inovatif.
Merestorasi Film Bisu: Sebuah Kerja Keras yang Penuh Cinta
Merestorasi film bisu adalah proses yang padat karya dan memakan waktu. Ini melibatkan pembersihan dan perbaikan film, penambahan soundtrack baru, dan pembuatan subtitle baru. Namun, manfaat dari merestorasi film bisu sangat besar. Film bisu yang telah direstorasi memungkinkan kita untuk mengalami keajaiban dari bentuk seni yang telah hilang ini dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah perfilman.