Kerusuhan Wajib Militer Perang Saudara: Pemberontakan Kekerasan di Kota New York
Wajib Militer dan Dampaknya
Pada tahun 1863, Amerika Serikat memberlakukan wajib militer pertamanya, yang dikenal sebagai Undang-Undang Wajib Militer Perang Saudara. Undang-undang terobosan ini mewajibkan semua laki-laki berusia antara 20 hingga 45 tahun untuk mendaftar wajib militer, terlepas dari status kewarganegaraan mereka. Meskipun pada awalnya disambut dengan kerja sama, wajib militer ini segera memicu kerusuhan yang meluas, terutama di kalangan warga New York kulit putih kelas pekerja keturunan Irlandia.
Ujaran Provokatif dan Rasisme
Saat undian wajib militer mendekat, surat kabar dan politisi pro-perbudakan menerbitkan cerita-cerita yang menghasut yang memicu ketakutan dan rasisme di kalangan kelas pekerja kulit putih. Cerita-cerita ini menggambarkan wajib militer sebagai ancaman terhadap mata pencaharian mereka, karena mereka takut kehilangan pekerjaan karena orang kulit hitam yang baru saja dibebaskan setelah perang. Kecemasan ekonomi dan prasangka rasial menciptakan suasana yang bergejolak yang menjadi dasar kerusuhan.
Pecahnya Kekerasan
Pada tanggal 11 Juli 1863, undian wajib militer pertama diadakan. Awalnya, kota itu tetap tenang. Namun, keesokan harinya, segerombolan pria bersenjata membakar gedung-gedung, termasuk Panti Asuhan Anak Yatim Berwarna, yang menampung lebih dari 230 anak. Petugas pemadam kebakaran sukarela bergabung dengan gerombolan itu, dan kerusuhan meningkat selama empat hari berikutnya, menargetkan lingkungan dan bisnis kulit hitam yang mendukung upaya perang.
Konsekuensi yang Menghancurkan
Kerusuhan Wajib Militer Perang Saudara mengakibatkan kehancuran yang meluas dan hilangnya nyawa. Massa mengamuk di seluruh kota, membakar gedung-gedung dan menyerang penduduk kulit hitam. Jumlah korban tewas resmi mencapai 119 jiwa, tetapi jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Kerusuhan tersebut mengungkap perpecahan mendalam dalam masyarakat Amerika dan kerapuhan Union selama Perang Saudara.
Penyebab yang Mendasari: Ketidakamanan Ekonomi dan Ketakutan akan Emansipasi
Selain pemicu langsung wajib militer, kerusuhan juga dipicu oleh ketidakamanan ekonomi dan ketakutan akan hasil perang. Proklamasi Emansipasi, yang dikeluarkan awal tahun itu, menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga New York kulit putih kelas pekerja bahwa orang kulit hitam yang merdeka akan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan setelah perang. Kecemasan ekonomi ini dieksploitasi oleh politisi dan jurnalis pro-perbudakan, yang menggunakan retorika provokatif untuk memicu ketegangan rasial.
Warisan dan Peringatan
Kerusuhan Wajib Militer Perang Saudara tetap menjadi bab gelap dalam sejarah Kota New York. Terlepas dari signifikansinya, tidak ada monumen atau peringatan yang memperingati peristiwa ini. Kurangnya pengakuan ini menyoroti perjuangan yang sedang berlangsung untuk menghadapi kompleksitas sejarah Amerika, termasuk peran rasisme dan kesenjangan ekonomi dalam membentuk keresahan sosial.