Felt Food Bodega: Instalasi Seni Nyentrik dari Lucy Sparrow
Konsep
Bayangkan sebuah bodega yang dipenuhi bahan makanan sampai penuh, tetapi alih-alih terbuat dari bahan yang dapat dimakan, semuanya dibuat dengan cermat dari kain felt. Inilah kreasi mempesona dari seniman Lucy Sparrow, yang telah mengubah makanan kemasan biasa menjadi karya seni yang nyentrik.
Seniman
Lucy Sparrow adalah seniman Inggris yang dikenal dengan karya-karyanya yang unik dan jenaka. Pameran sebelumnya, “The Cornershop,” menampilkan sebuah minimarket yang lengkap, yang seluruhnya terbuat dari kain felt. Untuk proyek terbarunya, Sparrow memboyong konsep makanan felt-nya ke New York City, membuka sebuah bodega pop-up bernama “8 Till Late”.
Bodega
Terletak di Standard, High Line, “8 Till Late” menyerupai sebuah minimarket klasik, lengkap dengan konter daging imitasi dan rak-rak yang dipenuhi dengan kardus dan kaleng yang sudah kita kenal. Akan tetapi, jika diamati lebih dekat, pengunjung akan menemukan bahwa semua yang ada di dalamnya terbuat dari kain felt yang lembut dan berwarna-warni.
Dari alat tes kehamilan hingga gulungan permen Tootsie, sereal hingga permen, Sparrow telah menciptakan ulang dengan cermat berbagai macam kebutuhan bahan makanan sehari-hari. Perhatiannya terhadap detail sangat luar biasa, menangkap ciri khas merek dan kemasan produk-produk terkenal.
Inspirasi
Inspirasi Sparrow untuk membuat makanan dari kain felt berasal dari ketertarikannya pada respons emosional yang ditimbulkan oleh barang-barang dalam kemasan. Ia percaya bahwa keakraban dan nostalgia yang terkait dengan barang-barang ini dapat memicu rasa senang dan nyaman.
Dengan mengubah benda-benda sehari-hari ini menjadi replika kain felt yang lembut dan jenaka, Sparrow melucuti aspek “kasar dan buruk” mereka dan mengundang pemirsa untuk berinteraksi dengan mereka dengan cara yang baru dan tidak terduga.
Pengalaman
Memasuki “8 Till Late” bagaikan memasuki dunia yang surealis dan tidak biasa. Pengunjung dapat berjalan-jalan melalui lorong-lorong, mengagumi karya seni kain felt yang rumit, dan terkesima dengan banyaknya barang yang dipajang.
Sparrow bahkan akan hadir untuk membuat “roti lapis” bagi pengunjung, menggunakan irisan roti felt, daging deli, dan keju. Interaksi yang menyenangkan ini menambah sentuhan humor pada pengalaman tersebut.
Dampak
“8 Till Late” menantang persepsi kita tentang konsumerisme, seni, dan bahkan makanan palsu. Ini mengundang kita untuk mempertanyakan sifat hubungan kita dengan benda-benda sehari-hari dan menghargai keindahan dan absurditas yang tersembunyi di dalamnya.
Apapun, apakah Anda penggemar seni, kain felt, atau sekadar menikmati hal-hal yang tidak terduga, “8 Till Late” adalah pameran yang wajib dikunjungi. Benamkan diri Anda dalam dunia yang dipenuhi kain felt dan biarkan karya-karya nyentrik Lucy Sparrow memicu imajinasi Anda.