Hari Bebas Mobil Kigali: Model untuk Perencanaan Kota Berkelanjutan
Mengurangi Kemacetan dan Polusi
Kigali, ibu kota Rwanda, sedang bergulat dengan tantangan urbanisasi yang pesat. Dengan populasi yang diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2020, kota ini mengalami peningkatan kemacetan lalu lintas dan polusi. Sebagai tanggapan, Kigali telah menerapkan “Hari Bebas Mobil” bulanan untuk mempromosikan perencanaan kota berkelanjutan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pada hari Minggu terakhir setiap bulan, Kigali melarang mobil di jalan-jalan utama selama lima jam. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi lalu lintas, meningkatkan kualitas udara, dan mendorong moda transportasi alternatif seperti berjalan kaki, bersepeda, dan angkutan umum.
Yang Pertama di Afrika
Hari Bebas Mobil Kigali adalah yang pertama dari jenisnya di Afrika. Ini adalah bagian dari upaya lebih luas untuk mengubah kota menjadi kota metropolis yang berkelanjutan. Kota-kota lain di seluruh dunia, seperti Paris dan London, telah menerapkan program serupa dengan hasil positif.
Di Paris, satu Hari Bebas Mobil mengurangi kabut asap hingga 40%. London telah mengurangi kematian akibat kecelakaan lalu lintas hingga 40% dengan menerapkan biaya kemacetan pada jam-jam sibuk. Contoh-contoh ini menunjukkan potensi inisiatif bebas mobil untuk meningkatkan lingkungan perkotaan.
Pengembangan Penggunaan Campuran dan Kota Ramah Pejalan Kaki
Karena kota-kota di negara berkembang terus tumbuh, pengembangan penggunaan campuran dan desain ramah pejalan kaki menjadi semakin penting. Pengembangan penggunaan campuran menggabungkan ruang perumahan, komersial, dan publik dalam jarak yang dekat, sehingga mengurangi kebutuhan akan perjalanan dengan mobil. Kota-kota yang ramah pejalan kaki memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki, dengan trotoar lebar, penyeberangan jalan, dan ruang hijau.
Kigali menganut prinsip-prinsip ini dengan membangun pengembangan penggunaan campuran baru dan meningkatkan infrastruktur pejalan kaki. Dengan membuat berjalan kaki dan bersepeda menjadi lebih mudah dan aman, kota ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat bagi penduduknya.
Layanan Masyarakat dan Kebersihan
Selain Hari Bebas Mobil, Kigali memiliki tradisi panjang dalam pelayanan masyarakat yang dikenal sebagai “umunsi w’umuganda”. Pada Sabtu terakhir setiap bulan, warga Rwanda diwajibkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih dan pemeliharaan masyarakat. Praktik ini telah membantu menjaga Kigali tetap bersih dan memupuk rasa bangga komunitas.
Namun, upaya Kigali untuk menjaga kebersihan juga menimbulkan kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia. Polisi dituduh menahan pedagang kaki lima, pelacur, dan tunawisma dengan alasan menjaga kebersihan jalanan. Hal ini membayangi citra positif Kigali sebagai kota berkelanjutan.
Model untuk Masa Depan
Terlepas dari tantangan ini, Hari Bebas Mobil Kigali dan inisiatif perencanaan kota lainnya berfungsi sebagai model pembangunan berkelanjutan di Afrika dan sekitarnya. Dengan mengurangi lalu lintas, meningkatkan kualitas udara, mempromosikan transportasi alternatif, dan menumbuhkan rasa kebersamaan, Kigali menciptakan kota yang lebih layak huni dan berkelanjutan bagi penduduknya.
Ketika kota-kota lain bergulat dengan tantangan urbanisasi, mereka dapat menjadikan Kigali sebagai inspirasi dan panduan. Dengan mengadopsi strategi perencanaan kota yang inovatif dan berpusat pada manusia, kota-kota dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat, lebih berkelanjutan, dan lebih adil bagi semua.