Putri Jepang Akan Kehilangan Status Kerajaan: Undang-Undang Suksesi Kekaisaran Sedang Diperiksa
Pernikahan Putri Mako yang Semakin Dekat
Putri Mako dari Jepang, cucu tertua Kaisar Akihito, akan menikah dengan kekasih kampusnya, Kei Komuro. Namun, penyatuan ini disertai dengan peringatan penting: Putri Mako harus melepaskan status kerajaannya ketika dia menikahi seorang “orang biasa”.
Undang-Undang Suksesi Kekaisaran
Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran Jepang menetapkan bahwa perempuan kekaisaran harus meninggalkan keluarga kerajaan setelah menikah. Selain itu, undang-undang tersebut melarang perempuan naik takhta dan menetapkan bahwa garis suksesi hanya dapat diwariskan melalui anggota laki-laki.
Preseden Sejarah
Terlepas dari undang-undang yang ketat ini, setidaknya ada delapan permaisuri perempuan dalam sejarah Jepang, termasuk Permaisuri Suiko, yang memerintah selama 36 tahun pada abad ke-6. Namun, kebanyakan perempuan ini adalah wali bagi putra mereka yang masih di bawah umur.
Seruan untuk Reformasi
Pernikahan Putri Mako yang semakin dekat telah memicu perdebatan mengenai perlunya mereformasi undang-undang suksesi kekaisaran Jepang. Beberapa pihak berpendapat bahwa undang-undang ini sudah ketinggalan zaman dan diskriminatif, karena undang-undang tersebut mencegah perempuan memainkan peran penuh dalam keluarga kekaisaran.
Pengunduran Diri Kaisar Akihito
Perdebatan mengenai suksesi kekaisaran bertepatan dengan peristiwa penting lainnya: pengunduran diri Kaisar Akihito. Ini adalah pengunduran diri kekaisaran pertama dalam dua abad dan telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan sistem kekaisaran.
Tidak Ada Perubahan dalam Sikap Resmi
Terlepas dari seruan untuk reformasi, pemerintah Jepang belum mengambil langkah apa pun untuk mengubah undang-undang yang mengatur perempuan dalam keluarga kerajaan. Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga telah menyatakan bahwa “tidak ada perubahan” dalam posisi pemerintah untuk memastikan suksesi kekaisaran yang stabil.
Dampak Putri Mako
Pernikahan Putri Mako adalah contoh pedih dari pembatasan yang dikenakan pada perempuan dalam keluarga kekaisaran Jepang. Keputusannya untuk menikah di luar keluarga kerajaan telah membawa masalah kesetaraan gender ke garis depan dan telah memicu percakapan nasional tentang perlunya perubahan.
Paralel Sejarah
Perdebatan saat ini mengenai undang-undang suksesi kekaisaran menggemakan diskusi serupa yang terjadi setelah Perang Dunia II. Setelah perang, Konstitusi Jepang menurunkan kaisar menjadi simbol persatuan, yang mengarah pada larangan suksesi perempuan.
Masa Depan Sistem Kekaisaran
Pengunduran diri Kaisar Akihito dan pernikahan Putri Mako yang semakin dekat telah menimbulkan pertanyaan mendasar tentang masa depan sistem kekaisaran Jepang. Perdebatan mengenai undang-undang suksesi kekaisaran kemungkinan akan terus berlanjut karena negara tersebut bergulat dengan keseimbangan antara tradisi dan modernitas.
Poin Tambahan
- Pernikahan Putri Mako akan berdampak signifikan terhadap masa depan keluarga kekaisaran, karena akan semakin mengurangi kelompok calon pewaris.
- Aturan ketat yang mengatur suksesi kekaisaran hanya menyisakan lima pewaris laki-laki, termasuk Kaisar Akihito.
- Seruan untuk mereformasi undang-undang suksesi kekaisaran telah mendapatkan momentum dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak pihak berpendapat bahwa sudah waktunya bagi Jepang untuk merangkul kesetaraan gender.
- Tanggapan pemerintah terhadap perdebatan mengenai undang-undang suksesi kekaisaran akan membentuk masa depan monarki Jepang.