Monumen Christopher Columbus dirusak di Central Park
Vandalisme dan Kontroversi
Patung perunggu Christopher Columbus di Central Park dirusak pada hari Selasa, dengan para pengacau menulis “Kebencian tidak akan ditoleransi” di alasnya dan menutupi tangannya dengan cat merah. NYPD sedang menyelidiki insiden tersebut, tetapi belum ada tersangka yang diidentifikasi.
Perusakan patung Columbus terjadi di tengah perdebatan nasional mengenai monumen bersejarah yang kontroversial, khususnya patung Konfederasi. Meskipun Columbus mendahului Perang Saud selama berabad-abad, ia juga merupakan sosok kontroversial karena perlakuannya terhadap penduduk asli selama pelayarannya ke Dunia Baru.
Tanggapan Wali Kota dan Dialog Publik
Wali Kota New York Bill de Blasio telah membentuk komisi penasihat untuk menentukan bagaimana menangani monumen yang dianggap menindas. Akan tetapi, beberapa warga telah mengambil tindakan sendiri, dengan vandalisme serupa terjadi pada patung Columbus di Astoria, Queens, dan Yonkers.
Wali Kota de Blasio telah mengutuk vandalisme tersebut, menekankan pentingnya dialog publik dan peran panel penasihat dalam menangani masalah-masalah ini dengan penuh pertimbangan.
Seruan untuk Penghapusan dan Perdebatan yang Berkelanjutan
Pada akhir Agustus, pejabat terpilih menyerukan pemindahan penghormatan paling menonjol di kota itu untuk Columbus, sebuah patung marmer di Columbus Circle. Namun, juru bicara Wali Kota de Blasio telah menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk merobohkan monumen tersebut.
Perdebatan mengenai warisan Columbus dan nasib monumen yang terkait dengannya masih berlangsung. Ada yang berpendapat bahwa monumen-monumen ini mengagung-agungkan tokoh-tokoh yang bertanggung jawab atas genosida dan penindasan, sementara ada pula yang mempertahankan makna historis dan nilai-nilainya sebagai pengingat masa lalu.
Konteks Sejarah dan Perspektif Pribumi
Pelayaran Christopher Columbus berdampak besar pada penduduk asli Amerika. Meskipun ia sering dianggap “menemukan” Dunia Baru, kedatangannya menandai dimulainya penjajahan dan penindasan selama berabad-abad.
Para pemimpin dan aktivis pribumi telah lama mengkritik perayaan Columbus, dengan alasan bahwa hal itu mengabaikan kekerasan dan eksploitasi yang menyertai ekspedisinya. Mereka menyerukan pemahaman sejarah yang lebih akurat dan inklusif yang mengakui perspektif dan pengalaman masyarakat adat.
Keadilan Sosial dan Seni Publik
Vandalisme patung Columbus dan perdebatan yang lebih luas mengenai monumen bersejarah menimbulkan pertanyaan penting tentang keadilan sosial dan peran seni publik.
Beberapa orang berpendapat bahwa monumen untuk tokoh-tokoh kontroversial harus dipindahkan atau dikontekstualisasikan ulang agar mencerminkan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Yang lain percaya bahwa monumen-monumen ini berfungsi sebagai pengingat masa lalu dan harus dilestarikan untuk tujuan sejarah dan pendidikan.
Dialog dan aktivisme yang sedang berlangsung seputar monumen bersejarah menyoroti pentingnya bergulat dengan kompleksitas sejarah dan berjuang untuk masa depan yang lebih adil dan adil.